BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kehamilan
merupakan suatu peristiwa yang menakjubkan bagi manusia. Dimana terdapat janin
yang tumbuh dan berkembang pada rahim ibu setelah melalui beberapa proses
tertentu. Dari kehamilan ini, pasti ada tanda-tanda dari kehamilan tersebut.
Salah satunya adalah amenore.
Amenore
adalah tidak terjadinya menstruasi. Jika menstruasi tidak pernah terjadi maka
disebut amenore primer, sedangkan jika menstruasi pernah terjadi tetapi
kemudian berhenti selama 6 bulan atau lebih maka disebut amenore sekunder.
Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama kehamilan,
selama menyusui dan setelah menopause.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1.
Definisi Amenore
2.
Etiologi (Penyebabnya)
3.
Gambaran Klinis
4.
Uji Laboratorium
5.
Penatalaksanaan
1.3 TUJUAN
PENULISAN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Komunikasi dan Konseling mengenai
AMENORE.
1.4
MANFAAT
PENULISAN
§
Bagi Masyarakat
Masyarakat menjadi tau
dan mengerti mengenai apa itu amenore.
§ Bagi
Tenaga Kesehatan (khususnya BIDAN)
Sebagai informasi tenaga kesehatan khususnya
bidan mengenai amenore yang bisa
dijadikan panduan untuk penyuluhan.
§
Bagi Institusi Pendidikan
Menambah
pengetahuan referensi yang menunjang ilmu pengetahuan.
BAB
II
PEMBAHASAN
AMENORE
2.1
DEFINISI
AMENORE
A.
Primer
1. Tidak
mengalami menstruasi hingga usia 14 tahun, walaupun telah ada perkembangan dan
pertumbuhan normal karakteristik seksual skunder. Menstruasi biasanya dimulai
12 bulan setelah tumbuh rambut pubis.
2. Tidak
mengalami menstruasi hingga usia 16 tahun, terlepas dari perkembangan dan
pertumbuhan normal, serta munculnya karakteristik seksual skunder.
B.
Sekunder
Tidak mengalami
menstruasi selama lebih dari 6 bulan pada wanita yang telah mengalami siklus
menstruasi.
2.2
ETIOLOGI
(PENYEBABNYA)
A. Amenore
Primer
1.
Kromosom abnormal
2.
Defek anatomis
a.
Himen imperforate
b.
Agenesis vagina
3.
Stress emosional
4.
Aktivitas berlebihan
5.
Bulimia atau anoreksia
B. Amenore
Skunder
1. Kehamilan
2. Menopause
3. Gangguan
kelenjar hipofisis
4. Obesitas
5. Gangguan
pola makan
6. Aktivitas
berlebihan
7. Penurunan
berat badan dalam waktu cepat
8. Penggunaan
kontrasepsi oral atau Depo-Provera
9. Stress
10. Penyakit
tiroid
11. Penyakit
ovarium polokistik
12. Beberapa
obat, termasuk Depo-Provera
2.3
GAMBARAN
KLINIS
A. Riwayat
1. Riwayat
menstruasi
2. Riwayat
kontrasepsi
3. Riwayat
seksual
4. Gejala
galaktorea
5. Riwayat
perkembanhan seksual dalam keluarga
6. Obat-obatan
7. Sumber
stress emosional
8. Gejala
klimakterium
9. Riwayat
penyakit kronik
10. Berat
badan saat ini dan berat badan satu tahun yang lalu
B.
Pemeriksaan fisik
1.
Periksa adanya
pembesaran kelenjar tiroid
2.
Periksa irama dan
frekuensi jantung untuk mengkaji palpitasi
3.
Periksa payudara
terhadap
a. Pertumbuhan
b. Rabas
(warna seperti susu atau jernih, gelap atau terang, kental atau encer)
4.
Lakukan pemeriksaan
vagina untuk mendeteksi :
a.
Himen imperforate
b.
Atrofi vagina
c.
Tidak adanya mucus
serviks
5.
Lakukan pemeriksaan
bimanual untuk mendeteksi :
a.
Pembesaran uterus
b.
Kista ovarium yang
membesar
2.4
UJI
LABORATORIUM
A. Primer
: kariotipe kromosom
B. Human chorionic
gonadotropin (hCG)
C. Uji
sensitive kehamilan
D. Kadar
prolactin
E. Kadar
TSH (thyroid-stimulating hormone)
F.
Kadar FSH (follicle-stimulating hoemone)
G. Kadar
LH (luteinzing hormone)
H. Dehidroepiandrosterone
sulfat (DHEAS)
I.
Hitung darah lengkap
dengan gambaran metabolic menyeluruh untuk menguji adanya dagaan gangguan pola
makan
J.
Testosterone serum bila
pasien tergolong hipertrikosis
K. Pulasan
Papanicolau
2.5
PENATALAKSANAAN
A. Uji
laboratorium
1. Bila
hCG positif pada darah dan urine, jelaskan kepada pasien bahwa ia hamil.
2. Bila
kadar TSH meningkat, lakukan uji panel tiroid dan rujuk pasien bila perlu untuk
nendeteksi hipotiroidisme primer.
3. Bila
kadar prolactin di atas 20 mg/ml dan semua hasil uji lainnya negative, berikan
Parlodel 2,5 mg setiap hari; bila kadar di atas 80 mg/ml, minta untuk dilakukan
uji magnetic resonance imaging (MRI)
atau bila ada gambaran coned-down sela
tursika. Pasien mungkin menderita tumor hipofisis :
a. Bila
salah satu gambar abnormal, rujuk pasien untuk pengujian lebih lanjut.
b. Bila
sela periksa tampak normal, berikan Parloder untuk menurunkan kadar prolactin
tetap di atas 30 mg/ml setelah 2 bulan, rujuk untuk konsultasi.
4. Bila
pasien berusia 40 tahun atau lebih mengalami peningkatan kadar FSH; LH,
jelaskan kepada pasien bahwa ia telah menopause.
5. Bila
pasien berusia kurang dari 40 tahun mengalami peningkatan kadar FSH,
pertimbangkan kegagalan fungsi ovarium dan singkirkan dugaan gangguan endokrin.
6. Bila
kadar DHEAS meningkat atau rasio TSH:FSH adalah 3:1 atau lebih, evaluasi pasien
terhadap sindrom polikistik ovarium.
7. Bila
uji HCG darah negatif :
a. Berikan
5-10 mg medroksiprogesteron asetat (provera) per oral selama 5-10 hari, 400 mg
Prometrium (empat tablet 100 mg), atau 100-200 mg progesterone dalam minyak per
IM.
b. Bila
pasien aktif secara seksual, lakukan uji kehamilan sebelum pemberian Provera
atau Prometrium.
1) Bila
terjadi withdrawl bleeding setelah
pemberian Provera, minta pasien untuk menghubungi dokter. Bila menstruasi tidak
terjadi dalam 90 hari; pasien termasuk anovulatorik. (untuk melindungi pasien
dari efek estrogen yang tidak terbatasi, diperlukan menstruasi setiap 3-4
bulan). Pertimbangan pemberian terapi pil KB. Bila diinginkan, pasien
mengembalikan siklus tersebut dengan konsumsi progestin selama 10-12 hari
setiap 1, 2, atau 3 bulan.
2) Bila
tidak terjadi withdrawl bleeding
a) Berikan
pil KB yang memiliki aktivitas yang tinggi pada endometrium selama 2-3 siklus.
b) Berikan
Estrace 1-2 mg atau Premarin 0,625-2,5 mg per oral selama 25 hari. Berikan 5-10
mg Provera per oral selama 2-3 siklus. Bila tidak terjadi perdarahan, ulangi
prosedur sekali lagi.
B. Pemeriksaan
fisik
1. Bila
rabas keluar dari payudara (biasanya bilateral) lihat penjelasan Galaktorea
dalam bab 4.
2. Lakukan
pemeriksaan fisik normal pada pasien yang belum mendapatkan menstruasi hingga
usia 16 tahun, tanpa memperhatikan ciri-ciri seksual skunder. Juga rujuk pasien
untuk pemeriksaan lebih lanjut.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Amenore
adalah tidak terjadinya menstruasi. Jika menstruasi tidak pernah terjadi maka
di-sebut amenore primer, sedangkan jika menstruasi pernah terjadi tetapi kemudian
berhenti selama 6 bulan atau lebih maka disebut amenore sekunder. Amenore yang
normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama kehamilan, selama menyusui
dan setelah menopause.
3.2 SARAN
Para wanita jika ada tanda-tanda
amenore, segeralah diperiksa ke dokter atau bidan yang terdekat dengan anda
guna mendeteksi dini adanya tanda bahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Morgan, Gery dan Carole
Hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi.
ECG : Jakarta
SKENARIO TENTANG
AMENORE
Judul : Amenore pada remaja ternyata
pemeriksaan PP Tes (+)
Pemain : Remaja, ibu dari remaja dan bu
bidan
Pada suatu hari, seorang remaja wanita cemas karena
sudah lebih dari 2bulan belum menstruasi juga.
Remaja:
(melihat kalender) Duuuhh, sudah tanggal segini kok belum mens juga yah?
(cemas)
Ibu : Kenapa kamu nak kok murung gitu mukanya
?
Remaja:
Bu, sudah tanggal segini saya koq belum
mens juga ?
Ibu
: Waduhh kenapa tho nduk? Sudah
telat berapa hari?
Remaja:
2bulanan bu..
Ibu
: (mulai cemas) ayo diperiksakan
saja ke bu bidan.
Remaja:
hemm emm gak usah buk.
Ibu : kenapa gak usah? Kan biar tau
penyebabnya kenapa. Sudah ayo ikut ibu.
Kemudian ibu dan anak tersebut
berangkat ke bidan terdekat.
Ibu
: Assalamu’alaikum bu bidan
Bidan : Wa’alaikumsalam, silahkan masuk buk..
Ibu : Ohh iya bu, makasih
Bidan : Silahkan duduk buk, mbak.. Ada yang bisa
saya bantu ?
Ibu : Gini lo bu bidan. Anak saya sudah
2bulan ini katanya belum mens juga.
Kenapa yah bu?
Bidan : hemm… kalo gitu saya periksa dulu anaknya.
Mari dek, saya periksa dulu.
Dengan rasa takut dan cemas si remaja
tersebut pun diperiksa kencingnya oleh bu bidan.
Saat pemeriksaan…………..
Bidan : Silahkan kencing dulu di kamar mandi, nanti kencingnya ditaruh di
tempat ini yah mbak.. (sambil memberikan tempat urin)
Remaja:
Iya bu.. (pergi ke kamar mandi)
Beberapa saat kemudian……………….
Remaja:
Ini bu kencingnya
Bidan : Ya taruh disitu saja mbak
Kemudian bidan memeriksa urine
remaja tersebut dengan tes kehamilan. Ternyata hasil pemeriksaannya menunjukkan
adanya dua strip pada test pack, itu menunjukkan bahwa remaja tersebut positif
(+) hamil.
Ibu
: Bagaimana hasil pemeriksaannya bu
bidan? Anak saya gak kenapa-kenapa kan?
Bidan : hemm…. Mohon maaf bu sebelumnya saya ingin
bertanya pada anak ibu. mbak, apa kamu pernah berhubungan seks?
Remaja:
(hanya menunduk dan terdiam)
Ibu : nak, kenapa gak dijawab? Pernah apa
gak?
Remaja:
(tiba-tiba dia menangis) mmm… iya pernah bu..
Ibu : (terkejut) astaghfirullah!! Kamu koq
seberani itu tho nduk berbuat seperti itu. Kamu tu belum menikah, belum cukup
umur juga untuk melakukan itu. Kecewa ibu sama kamu.
Remaja:
saya begini karena dipaksa oleh pacar saya buk. Kalau saya melawan permintaan
dia, saya takut akan diputusin sama dia.
Ibu : tapi kenapa kamu mau aja? Ibu kan sudah
pernah bilang, boleh pacaran asal pacaran yang sehat dan tau batasan. Kalau
kamu diputusin, yaudah kan bisa cari lagi yang lebih baik tanpa harus merelakan
keperwananmu direnggut sama dia.
Remaja:
iya bu maaf.. hu hu huuuu.
Bidan : sudah bu, ibu tenang. Ibu boleh kecewa, tapi
kita tak bisa melawan takdir Allah yang sudah terjadi. Ini semua gak sepenuhnya
salah anak ibu. Sudah diterima saja apa adanya bu. Kalau bisa minta
pertanggungjawaban dari pacarnya anak ibu. Dia harus segera menikahi anak ibu.
Mbaknya juga terima saja apa yang sudah terjadi. Jangan terlalu dipikirkan.
Jaga janin dikandungan mbak ini dengan baik.
Ibu : lalu gimana dengan suami saya? Saya
takut suami saya akan marah mendengar soal ini.
Bidan : ibu bisa bicara baik-baik ke suami ibu. Beri
pendekatan dan pengertian agar suami ibu bisa menerima. Insya’Allah, kalau
sudah diberi pengertian yang baik suami ibu akan menerima. Toh ini juga
keturunan ibu dan suami ibu yang mewarisi keluarga ibu kelak.
Ibu pun mulai menerima kenyataan
yang terjadi pada anaknya.
Bidan : ibu sudah bisa terima kan? Mungkin ini semua
ujian dari Allah agar ibu bisa lebih ikhlas menerima kenyataan.
Ibu : iya bu bidan. Ya sudah bu, saya dan
anak saya mau pulang dulu.
Bidan : iya bu. Tolong dijaga yah anaknya. Jangan
beraktivitas yang berat-berat. Perbanyak istirahat. Makanannya juga dijaga.
Kalau ada apa-apa, mbaknya bisa ke saya lagi. Ini saya kasih buku KIA. Mbaknya
bisa baca hal-hal yang bisa menjaga kehamilan mbak. Sudah jangan terlalu
dipikirkan ya mbak.
Remaja:
iya bu bidan.
Ibu : iya sudah. Mari bu bidan.
Bidan : mari buk…
Ibu dan anak tersebut pun kembali ke
rumahnya.
~SELESAI~
Thanks for your information. Please accept my comments to still connect with your blog. And we can exchange backlinks if you need.
BalasHapusWhat Is Peanut Allergy?
What Is Milk Allergy?
What Is Alopecia Areata?
What Is Amenorrhea?
What Is Amputation?