Sabtu, 09 Agustus 2014

SPERMATOGENESIS




            Spermatogenesis terjadi di dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang mana bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian di simpan di epididimis.
            Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epiteliun germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Yang terdiri dari sejumlah sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogenium = tunggal).
            Spermatogenia tipe A membelah secara metosis menjadi spermatogenia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Setelah melewati beberapa minggu, setiap spermatosis primer membelah secara meiosis membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid.
Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah spermatid. Dimana spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma). Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
            Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Yang  mengandunbg enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.  Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli yang memiliki fungsi khusus untuk menyediakan makanan dan mengatur proses spermatogenesis.

MAKALAH ORGAN REPRODUKSI PRIA



BAB I
PENDAHULUAN

            Reproduksi dijadikan kegiatan organ kelamin pria dan wanita yang khusus, yaitu testis yang menghasilkan spermatozoid (sel kelamin laki-laki) dan ovarium menghasilkan sel kelamin wanita (ovum). Organ-organ ini menghasilkan hormone yang mempengaruhi sifat kelamin pria dan kelamin wanita. Produksi hormone ini dikendalikan oleh gonadotropik dari kelenjar hipofise.
            Penggabungan dua sel kelamin , yaitu satu sel laki-laki dan satu sel wanita, tetap berlangsung hidup umat manusia. Untuk memungkinkan terjadinya penggabungan sel-sel pengembangbiakan, maka diperlukan perlengkapan tertentu pada organ laki-laki dan wanita. Pelengkap pada organ laki-laki adalah epididimis dan vas deferens.
            Uretra berjalan melalui penis dan mempunyai dua fungsi yaitu pembuang urine dan mengeluarkan semen. Penis berisi jaringan erektil yang memungkinkan menjadi keras dan tegak.








BAB II
PEMBAHASAN
2.1       ORGAN REPRODUKSI PRIA
Organ reproduksi pria terdiri atas organ reprodusi dalam dan organ reproduksi luar.

2.1.1        ORGAN REPRODUKSI DALAM
Organ reproduksi dalam yaitu organ yang tidak tampak dari luar yang terdiri atas testis, saluran pengeluaran dan kelenjar asesoris.
1.    Testis
Testis (gonad jantan) berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir (skrotum). Testis berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis terdapat dibagian tubuh sebelah kiri dan kanan yang dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan otot polos. Testis terdiri dari belahan-belahan yang bernama lobules testis. Testis juga menghasilkan hormone testosterone dan bekerja sebagai kelenjar endokrin. Hormon testosterone ini berfungsi untuk menetukan sifat-sifat kejantanan.
Fungsi testis secara umum merupakan alat untuk memproduksi sperma dan hormone kelamin jantan yang disebut testoteron.

2.    Saluran pengeluaran
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri dari epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi dan uretra.
§  Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok didalam skrotum yang keluar dari testis yang berjumlah sepasang disebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens.
Saluran ini dikelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa melalui duktus eferen merupakan bagian dari kaput epididimis.
§  Vas deferens
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran lurus yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis. Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Panjang duktus deferens 40-50cm berjalan bersama pembuluh darah dan saraf dalam funikulus spermatikus melalui kanalis inguinalis , memanjang pada bagian akhir berbentuk kumpalan disebut ampula duktus deferens. Duktus ini terletak dalam osteum vesika semnali berlanjut sebagai duktus ejakulatorius yang menembus prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kntung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).
§  Saluran Ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra.
§  Uretra
Uretra merupakan sluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelami yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih.

3.    Kelenjar Asesoris
Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan berbagai getah kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar asesoris. Getah-getah ini berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pergerakan sperma. Kelenjar asesoris merupakan kelenjar kelamin yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper.
§  Vesikula seminalis
Vasikulaseminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di belakang kantung kemih yang menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan  bagi sperma.
§  Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung kemih yang menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma. Kelenjar prostat yang kira-kira sebesar buah kenari, merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar yang terbagi atas 4 lobus, yaitu: lobus posterior, lobus lateral, lobus anterior, dan lobus medial. Fungsinya menambah cairan alkalis pada cairan seminalis berguna untuk melindungi spermatozoa terhadap tekanan yang terdapat pada uretra dan vagma.
§  Kelenjar Cowper
Kelenjar cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya langsung menuju uretra yang menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa).

2.1.2        ORGAN REPRODUKSI LUAR
Organ reproduksi luar pria terdiri dari penis dan skrotum.
1.        Penis
Penis terdiri  dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongium yang membungkus uretra. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).

2.        Skrotum
Skrotum (kantung pelir) merupakankantung yang didalamnya berisi testis yang berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Diantara srotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggetarkan skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur. Didalam srotum juga terdapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengetur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat lebih rendah dari pada suhu tubuh.

2.1.3        SPERMATOGENESIS
Spermatogenesis terjadi di dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang mana bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian di simpan di epididimis.
            Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epiteliun germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Yang terdiri dari sejumlah sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogenium = tunggal).
            Spermatogenia tipe A membelah secara metosis menjadi spermatogenia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Setelah melewati beberapa minggu, setiap spermatosis primer membelah secara meiosis membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid.
Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah spermatid. Dimana spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma). Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Yang  mengandunbg enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.  Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli yang memiliki fungsi khusus untuk menyediakan makanan dan mengatur proses spermatogenesis.

















BAB III
GAMBAR
http://dahlanforum.files.wordpress.com/2009/08/reproduksi-pria.jpg3.1       ORGAN REPRODUKSI PRIA












https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgocpsWQXGhDx96moc1wdpNb_qZntSsfgFf7EG6md2jocstpukZPoqBROwBrBdUMModtdytg8T9Y7beW1W8AhagYVmJF51zIKurSWNDxkvOWEAOaklrFkWsEFCMHxIC0QZ6nQmD7pqs-NI/s320/gen-pria-copy.jpg
 








BAB IV
PENUTUPAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Kami menyadari tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya , karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami banyak berharap agar para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kami pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya dan kedepannya lebih baik lagi.












BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Marimbi, Hanum. 2010. Biologi Reproduksi. Nuha Medika : Yogyakarta
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.
ECG : Jakarta
Pearce, Evelyn. 2010. Anatomi Dan Fisiologi untuk Paramedis.
Gramedia : Jakarta
nastyzf.blogspot.com/2011/06/gambar-sistem-reproduksi-pria.html



MAKALAH KEHAMILAN YANG TIDAK DIINGINKAN (KTD)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         LATAR BELAKANG
Pasangan suami istri tak luput dari masalah jika kehamilan sang istri tidak dikehendaki. Misalnya masalah ketidaksiapan. Hal ini bisa menimbulkan depresi ringan sampai berat pada ibu, yang bisa sangat berpengaruh pada janin, bahkan berakibat keguguran atau terlahir cacat. Apalagi jika Kehamilan tak diinginkan terjadi pada pasangan yang belum menikah, akibat yang terjadi bisa jauh lebih besar. Tidak saja karena akan mengalami konflik internal, semisal ketidaksiapan, tapi juga mesti menghadapi tekanan dari lingkungan sosial, semisal celaan.
Norma-norma ketimuran masih tetap menganggap kehamilan diluar nikah sebagai aib bagi keluarga ataupun masyarakat, apapun sebab dari kehamilan itu. Orang yang hamil diluar nikah dinilai sebagai keburukan, yang kalaupun terjadi harus di sembunyikan. Masyarakat patriarkal sekarang ini, cenderung mempersalahkan wanita dalam kehamilan diluar nikah. Padahal wanita yang hamil bisa saja merupakan korban perkosaan atau korban keadaan (dipaksa lewat bujukan untuk melakukan hubungan seksual oleh pacarnya, atau temannya, atau keluarganya).

1.2         RUMUSAN MASALAH
Dari pokok-pokok permasalahan diatas penyusun merumuskan beberapa masalah yaitu mengenai:



1.      Pengertian KTD
2.      Sebab KTD
3.      Dampak KTD
4.      Pencegahan KTD
5.      Penanggulangan Kasus Kehamilan Pada Remaja




1.2     TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan tugas makalah ini adalah mengidentifikasi mengenai KEHAMILAN YANG TIDAK DIINGINKAN (KTD).

1.3         MANFAAT PENULISAN
§  Bagi Masyarakat
Masyarakat menjadi tau dan mengerti mengenai Kehamilan yang tidak diinginkan.
§  Bagi Tenaga Kesehatan (khususnya BIDAN)
Sebagai informasi tenaga kesehatan khususnya bidan mengenai kehamilan yang tidak diinginkan yang bisa dijadikan panduan untuk penyuluhan pada remaja maupun pasangan suami istri.
§  Bagi Institusi Pendidikan
Menambah pengetahuan referensi yang menunjang ilmu pengetahuan.











BAB II
PEMBAHASAN
KEHAMILAN YANG TIDAK DIINGINKAN (KTD)

2.1       PENGERTIAN KTD
Menurut kamus istilah program keluarga berencana, kehamilan tidak diinginkan adalah kehamilan yang dialami oleh seorang wanita yang sebenarnya belum menginginkan atau sudah tidak menginginkan hamil (BKKBN,2007). Sedangkan menurut PKBI, kehamilan yang tidak diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran akibat dari kehamilan. Kehamilan juga merupakan akibat dari suatu perilaku seksual yang bisa disengaja maupun tidak disengaja. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa tidak sedikit orang tidak bertanggungjawab atas kondisi ini. Kehamilan yang tidak diinginkan dapat dialami, baik oleh pasangan yang sudah menikah maupun belum menikah. (PKBI,1998)
Kehamilan usia dini, selain berakibat kurang baik bagi tubuh, juga berakibat hilangnya kesempatan untuk mendapat pendidikan formal. Padahal, pendidikan formal yang baik merupakan salah satu syarat (meskipun tidak harus) agar dapat bersaing di masa depan. Menurut saya, alangkah baiknya jika sekolah-sekolah tetap mau menerima siswa yang hamil, atau minimalnya memberikan cuti, bukannya mengeluarkan. Alangkah malangnya siswa yang hamil/menghamili, yang telah mengalami berbagai masalah yang berat, harus diperberat masalahnya dengan 'ditutup' masa depannya melalui pengeluaran siswa oleh pihak sekolah.
Lembar fakta yang diterbitkan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), United Nations Population Fund (UNFPA) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan 15 % remaja usia 10–24 tahun yang jumlahnya mencapai sekitar 62 juta diperkirakan telah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Pada tahun 2008 di Jakarta, dari 405 kehamilan yang tidak direncanakan, 95 persennya dilakukan oleh remaja usia 15-25 tahun. Angka kejadian aborsi di Indonesia mencapai 2,5 juta kasus, 1,5 juta diantaranya dilakukan oleh remaja. Polling yang dilakukan di Bandung menunjukkan, 20 persen dari 1.000 remaja yang masuk dalam polling pernah melakukan, seks bebas. Diperkirakan 5-7 persennya adalah remaja di pedesaan.
Sebagai catatan, jumlah remaja di Kabupaten Bandung sekitar 765.762. Berarti, bisa diperkirakan jumlah remaja yang melakukan seks bebas sekitar 38-53 ribu. Kemudian, sebanyak 200 remaja putri melakukan seks bebas, setengahnya kedapatan hamil. Dan 90 persen dari jumlah itu melakukan aborsi.
Kondisi itu tidak hanya memprihatinkan karena mencerminkan lemahnya penerapan ajaran agama dan melunturnya norma masyarakat namun juga mengkhawatirkan mengingat perilaku tersebut berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan reproduksi pada remaja yang bersangkutan. Dunia remaja merupakan suatu tahap yang kritikal didalam kehidupan manusia, yaitu peralihan dari dunia anak-anak menuju ke dunia dewasa. Di tahapan ini seseorang memulai untuk mencari identitas dan penampilan diri. Bahkan pakar psikologi mengistilahkan dunia remaja sebagai “emotional age” (umur emosi). Tetapi faktor yang bisa mempengaruhi moral remaja juga akan mempengaruhi ketika dia menginjak dewasa.

2.2       SEBAB KTD
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) banyak terjadi karena pola hubungan suami- istri tidak seimbang, yang mengakibatkan hubungan seksual sebagai awal terjadinya kehamilan seringkali dipahami sebagai kewajiban (agama) istri saja. Istri diposisikan untuk melayani suami kapan saja sementara akibat dari hubungan ini bila terjadi kehamilan hanya istri seorang yang menanggung. Selain terjadi pada remaja, KTD justru banyak dialami oleh ibu – ibu dengan keluarga harmonis.
Alasan – alasan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal:
§  Pemahaman/pengetahuan tentang proses terjadinya kehamilan sangat minim.
Kebanyakan orang hanya tahu bahwa hubungan seks akan membuat perempuan hamil, tanpa mengetahui dengan rinci proses terjadinya menstruasi dan kehamilan yang benar dan lengkap.
§  Kondisi kesehatan ibu yang tidak mengizinkannya untuk hamil. Bila kehamilannya diteruskan, maka dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.
§  Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat menyebabkan kehamilan. Dan banyak mitos yang dipercaya oleh para remaja yang belum ada penjelasan medisnya:
1.      Satu kali sexual intercourse tidak akan hamil
2.      Sesudah sexual intercourse vagina dicuci dengan minuman berkarbonasi
3.      Loncat – loncat sesudah sexual intercourse agar tidak terjadi pembuahan
4.      Minum pil tuntas untuk menggugurkan kehamilan
5.      Tidak tahu apa itu sexual intercourse (utamadi, 2007)
§  Adanya keadaan sosial yang tidak memungkinkan (misal ; incest)
§  Tidak menggunakan alat kontrasepsi selama melakukan hubungan seksual. (Harga yang terlalu mahal, stok terbatas, tidak tahu guna dan keberadaannya)
§  Kegagalan alat kontrasepsi (kerusakan fisis, atau kesalahan teknis).
Untuk kasus remaja akibat mereka menggunakan alat kontrasepsi tanpa disertai pengetahuan yang cukup tentang metode kontrasepsi yang benar.
§  Akibat pemerkosaan,
§  Dalam lingkungan yang tidak mengijinkan untuk terjadinya kehamilan (misal; sekolah, training).

2.3       DAMPAK KTD
1.      Dampak fisik : pendarahan, komplikasi, kehamilan bermasalah, dll.
2.      Dampak psikologis : tidak percaya diri, malu, stres.
3.      Dampak sosial : drop-out sekolah, dikucilkan masyarakat, dll.
2.4       PENCEGAHAN KTD
Pada remaja KTD dapat menjadi sesuatu yang sangat memalukan dan dapat merusak masa depan mereka, oleh karena itu alangkah baiknya bila kita dapat mencegah hal tersebut sebelum terjadi,
Kehamilan Tidak Diinginkan dapat dicegah dengan :
§  Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah.
§  Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti olahraga seni dan keagamaan.
§  Hindari perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual, seperti meraba tubuh pasangan atau menonton video porno.
§  Memperoleh informasi tentang manfaat dan penggunaan alat–alat kontrasepsi.
§  Mendapatkan keterangan tentang kegagalan alat kontrasepsi dan cara penanggulangannya.
§  Untuk pasangan yang sudah menikah seyogyanya memakai cara KB untuk kegagalan yang rendah seperti sterilisasi, susuk KB, IUD dan suntikan (Depkes, 2003).
2.5       PENANGGULANGAN KASUS KEHAMILAN PADA REMAJA
Memang kita tidak pernah menginginkan Kehamilan Tidak Diinginkan terjadi pada remaja karena akan menimbulkan banyak dampak, apalagi diperparah belum terbentuknya hubungan pernikahan pada remaja yang telah hamil. Apabila Kehamilan Tidak Diinginkan terlanjur terjadi pada remaja, maka ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar kehamilan yang terjadi tersebut tidak berbahaya dan dapat diselesaikan dengan baik.
Beberapa hal yang dapat kita lakukan antara lain :
§  Bersikap bersahabat dengan remaja.
§  Memberikan konseling pada remaja.
§  Apabila ada masalah yang serius agar diberikan jalan keluar yang terbaik dan apabila belum bisa terselesaikan supaya dikonsultasikan ke SpOG, SpKK, psikolog, psikiater.
§  Memberikan alternatif penyelesaian yaitu : diselesaikan dengan kekeluargaan, segera menikah, konseling kehamilan dan persalinan, pemeriksaan kehamilan sesuai standart, bila ada gangguan kejiwaan rujuk ke psikiater, bila ada resiko tinggi kehamilan, rujuk ke SpOG.
Bila tidak terselesaikan dengan menikah, keluarga supaya menerima dengan sebaik – baiknya. Bila ingin menggugurkan, berikan konseling resiko pengguguran, dan persiapan mengikuti KB. Selain itu perlu membentuk jejaringan dengan yayasan yang direkomendasikan depsos untuk mengadopsi bayi dari hasil KTD (Depkes, 2003). Sebaiknya perlu dipikirkan bahwa remaja yang masih bersekolah tidak dikeluarkan dari sekolah atau diberikan cuti hamil (Tito, 2003).












BAB III
PENUTUPAN

3.1              KESIMPULAN
KTD (kehamilan tidak diinginkan) adalah suatu kondisi pasangan yang tidak menghendaki adanya kehamilan yang merupakan akibat dari suatu perilaku seksual (HUS) baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) banyak terjadi karena pola hubungan suami- istri tidak seimbang, yang mengakibatkan hubungan seksual sebagai awal terjadinya kehamilan seringkali dipahami sebagai kewajiban (agama) istri saja. Istri diposisikan untuk melayani suami kapan saja sementara akibat dari hubungan ini bila terjadi kehamilan hanya istri seorang yang menanggung. Selain terjadi pada remaja, KTD justru banyak dialami oleh ibu – ibu dengan keluarga harmonis.

3.2              SARAN
Semoga dengan adanya makalah yang telah kami tulis ini dapat memberikan pengetahuan dan sajian informasi kepada pembaca. Bukan hanya sekedar wacana, tetapi juga dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi seluruh pembaca, khususnya bagi remaja maupun pasangan suami istri diharapkan memiliki kesadaran yang timbul dari diri masing-masing dan selalu memahami dengan baik tentang kehamilan  yang tidak diinginkan.





DAFTAR PUSTAKA